Bagaimana mengetahui kita terserang Penyakit TBC ?
Penyakit TbC dapat kita diagnosa melalui pengkajian dari gejala klinis ,pemeriksaan fisik ,gambaran radiologi atau Rontgen Paru dan pemeriksaan laboratorium klinis maupun bakteriologis. Gejala klinis yang sering ditemui pada tuberculosis paru adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Pada pemeriksaan fisik kadang kita dapat menemukan suara yang khas tergantung seberapa luas dan dan seberapa jauh kerusakan jaringan paru yang terjadi.
Pemeriksaan Rontgen dapat menunjukkan gambaran yang bermacam macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari Tuberculosis Paru. Pada pemeriksaan laboratorium ,peningkatan Laju Endap Darah dapat menunjukan proses yang sedang aktif ,tapi laju endap darah yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses Tuberculosis. Penemuan adanya BTA pada Dahak , bilasan bronkus ,bilasan lambung ,cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa Penyakit TBC Paru. Sering dianjurkan untuk pemeriksaan dahak sebanyak 3 kali untuk dahak yang diambil pada pagi hari.
Pengobatan Penyakit TBC Paru :
Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan ,mencegah kematian ,dan kekambuhan. Obat TBC yang utama adalah Isoniazid ,Rifampisin ,pirazinamid ,streptomisin dan etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang biasa digunakan adalah kanamisin ,kuinolon ,makroloid dan amoksisilin di kombinasikan dengan klavulanat. Pengobatannya secara keseluruhannya dapat mencapai 12 bulan.
Penularan Penyakit TBC.
Penularan penyakit tuberkulosis (TBC) lebih rentan daripada HIV. Seperti halnya penyakit flu biasa, dalam penyebarannya TBC juga melalui udara. Penyakit TBC sangat mematikan apabila tidak segera ditangani. Di Indonesia, penanganan sejak dini sudah dilakukan dengan memberikan paket imunisasi BCG pada balita. Namun, pemberian imunisasi BCG tidak dapat menjamin seseorang bisa seterusnya memiliki kekebalan atas ancaman penyakit yang cukup mematikan itu.
"Karena penularannya sangat mudah, maka seseorang yang melakukan komunikasi dalam jarak dekat dengan posisi berlawanan dengan arah angin, memiliki kecenderungan terpapar TBC," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kab. Sumedang, Dra. Hj. Retno Ernawati, M.M., didampingi Kepala UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), Hj. Anna S. Taufik, belum lama ini.
Tetapi, lanjut Retno, karena sudah ada stigma di tengah masyarakat, maka pengidap HIV lebih ditakuti ketimbang berinteraksi dengan penderita TBC. Terlepas dari persoalan itu, sebenarnya penyakit TBC bisa disembuhkan, ssalkan pengidapnya mempunyai keinginan dan semangat yang besar untuk sembuh.
Untuk mempercepat proses penyembuhan, dorongan dari keluarga dan orang di sekitarnya sangatlah diperlukan. Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta disiplin minum obat yang diberikan dokter, harus dilakukan secara berkesinambungan.
Dijelaskan juga bahwa ada 5 langkah jitu dalam menangani penyakit TBC. Yaitu dukungan kebijakan dan finansial, tindakan diagonosis melalui pemeriksaan laboratorium bagi masyarakat yang suspect TBC, tersedianya obat dalam jumlah yang cukup dan berkualitas, terbentuknya pengawas minum obat (PMO) di sekitar dan lingkungan keluarga penderita, serta adanya pelaporan dan evaluasi terhadap berbagai perkembangan di lapangan secara detail dan akurat.
Sumber: klik-galamedia.com, nusaindah.tripod.com
Semoga Artikel Kesehatan - Penyakit TBC ini bermanfaat
0 comments:
Post a Comment